ETIKA PROFESI MINGGU IV-VII
ETIKA KEILMUAN
Etika adalah sebuah
ilmu dan bukan sebuah ajaran yang mengatakan bagaimana seharusnya hidup, tetapi
itu adalah ajaran moral. Ilmu Pengetahuan dan etika sebagai suatu pengetahuan
yang diharapkan dapat meminimalkan dan menghentikan perilaku penyimpangan dan
kejahatan di kalangan masyarakat. Ilmu pengetahuan dan etika diharapkan mampu
mengembangkan kesadaran moral di lingkungan masayarakat sekitar agar dapat
menjadi ilmuwan yang memiliki moral dan akhlak yang baik dan mulia.
Sebagai suatu obyek,
etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu maupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dilakukan itu salah atau benar,
baik atau buruk. Dengan begitu dalam proses penilaiannya ilmu pengetahuan
sangat berguna dalam memberikan arah atau pedoman dan tujuan
masing-masing orang. Ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan umat
manusia tanpa merendahkan martabat seseorang.
Etika memberikan
batasan maupun standar yang mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok
sosialnya yang kemudian dirupakan ke dalam aturan tertulis yang secara
sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada
saat diperlukan dapat di fungsikan sebagai pedoman untuk melakukan tindakan
tertentu terhadap segala macam tindakan yang secara umum dinilai menyimpang
dari kode etik yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Ilmu sebagai asas
moral atau etika mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaan universal bagi umat
manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaannya. [4]
Masalah moral
tidak dapat dilepaskan dengan tekad nanusia untuk menemukan kebenaran. Sebab
untuk menemukan dan mempertahankan kebenaran diperlukan keberanian. Sejarah
kemanusiaan telah mencatat semangat para ilmuwan yang rela mengorbankan
nyawanya untuk mempertahankan apa yang mereka anggap benar. Kemanusiaan tak
pernah urung dihalangi untuk menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral maka
ilmuwan akan mudah melakukan pemaksaan intelektual. Penalaran secara rasional
yang telah membawa manusia mencapai harkat kemanusiaannya berganti dengan
proses rasionalisasi yang mendustakan kebenaran. [5]
Maka inilah
pentingnya etika dan moral dalam ilmu pengetahuan yang menyangkut tanggung
jawab manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi
sebesar-besarnya kemaslahatan manusia itu sendiri. Karena dalam penerapannya
ilmu pengetahuan juga mempunyai akibat positif dan negatif bahkan destruktif
maka diperlukan nilai atau norma untuk mengendalikannya. Di sinilah etika
menjadi ketentuan mutlak yang akan menjadi pengendali bagi pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi untuk meningkatkan derajat hidup serta kesejahteraan
dan kebahagiaan manusia.
C. Apakah
Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai?
Untuk membedakan
apakah ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai kita perlu membedakan antara
penyelenggaraan ilmu itu sendiri dan penerapan Ilmu, antara mengusahakan ilmu
dan menggunakan ilmu. Ilmu memang mewakili nilai tertentu, ilmu bernilai karena
menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya, yang obyektif dan dikaji secara
kritis. Bebas nilai adalah tuntutan bagi ilmu pengetahuan agar ilmu pengetahuan
dikembangkan dengan tidak memperhatikan niali-nilai lain di luar ilmu, agar
ilmu pengetahuan dikembangkan demi ilmu pengetahuan dan tidak didasarkan pada
pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan tunduk
pada berbagai pertimbangan di luar ilmu pengetahuan seperti politik, religius
dan moral, ilmu tidak akan berkembang secara otonom, karena ilmu menjadi tidak
murni. Di sini ada bahaya kebenaran yang harus dikorbankan demi nilai-nilai
lain. Dengan demikian kita tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah dan
rasional-obyektif.[6]
Menurut Konrad Kebung
(2011) ilmu harus bebas nilai dan lepas dari nilai-nilai di luar ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan bertujuan memberi pemahaman tentang pelbagai
masalah dalam hidup. Ada dua kecenderungan dasar dalam melihat tujuan
ilmu pengetahuan. Pertama, kecenderungan puritan-elitis (ilmu
adalah sesuatu yang mewah, elit), bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan
adalah demi ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu bertujuan untuk menemukan
penjelasan tentang sagala sesuatu demi kebenaran yang memuaskan rasa ingin tau
manusia. Kepuasan seorang ilmuwan adalah menemukan teori-teori besar yang dapat
menjelaskan pelbagai persoalan terlepas dari kegunaan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Dengan begitu ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang elit, mewah dan
hanya untuk segelintir orang saja. Kedua, Kecenderungan
pragmatis, ilmu pengetahuan tidak hanya untuk mencari penjelasan tentang
berbagai persoalan tetapi juga untuk memecahkan berbagai persoalan dalam
kehidupan, karena berguna ilmu menjadi menarik, membuat hidup menjadi lebih
baik dan menyenangkan.[7]
Josep Situmorang
(1996) seperti dikutip oleh Mohammad Adib, MA, menyatakan bahwa bebas nilai
artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat
ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor
eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri. [8] Ada tiga faktor sebagai
indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu: 1) Ilmu harus bebas
dari pengeruh eksternal seperti faktor politis, idiologis, agama, budaya dan
unsur kemasyarakatan lainnya, 2)Perlunya kebebasan ilmiah yang mendorong
terjadinya otonomi ilmu pengetahuan. Kebebasan itu menyangkut kemungkinan untuk
menentukan diri sendiri, 3) Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan
etis (yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu), karena nilai etis itu
sendiri bersifat universal.
Seorang sosiolog,
Weber menyatakan bahwa ilmu sosial harus bebas nilai, tetapi ia juga mengatakan
bahwa ilmu-ilmu sosial harus menjadi nilai yang relevan. Weber tidak yakin
ketika para ilmuwan sosial melakukan aktifitasnya seperti mengajar atau menulis
mengenai bidang sosial itu, mereka tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu.
Nilai-nilai itu harus diimplikasikan ke dalam bagian praktis ilmu sosial jika
praktik itu mengandung tujuan rasional. Tanpa keinginan melayani kepentingan
orang, budaya, maka ilmu sosial tidak beralasan untuk diajarkan. Jadi meskipun
obyektifitas merupakan ciri mutlak ilmu pengetahuan, tetapi dalam pengembangan
atau penerapannya ilmu dihadapkan pada nilai-nilai yang ikut menentukan pilihan
atas masalah dan kesimpulan yang dibuatnya.[9]
D. Persoalan
Etika Ilmu Pengetahuan
Penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi selalu memerlukan pertimbangan-pertimbangan dari
dimensi etis dan hal ini tentu sangat berpengaruh pada pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di masa depan. Tanggung jawab etis ini
menyangkut kegiatan atau penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi itu
sendiri. Sehingga seorang ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi harus selalu memperhatikan kodrat dan martabat manusia, ekosistem
dan bertanggung jawab terhadap kepentingan generasi yang akan datang dan
kepentingan umum, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi itu
bertujuan untuk pelayanan eksistensi manusia dan bukan sebaliknya untuk
menghancurkan eksistensi manusia itu sendiri.
Tanggung jawab ini
juga termasuk berbagai hal yang menjadi sebab dan akibat ilmu pengetahuan dan
teknologi pada masa lalu maupun masa yang akan datang. Jadi bahwa perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi akan menghambat atau meningkatkan keberadaan
manusia tergantung pada manusia itu sendiri, karena ilmu pengetahuan dan
teknologi dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia. Kemajuan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memerlukan kedewasaan manusia dalam arti
yang sesungguhnya, yakni kedewasaan untuk menentukan mana yang layak atau tidak
layak, mana yang baik dan mana yang buruk.
Beberapa problem yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti dicontohkan oleh Amsal
Bakhtiar (2010) pada perkembangan ilmu bioteknologi, perkembangan yang
dicapai sangat maju seperti rekayasa genetika yang menghkhawatirkan banyak kalangan.
Tidak saja para agamawan dan pemerhati hak-hak asasi manusia tetapi para ahli
bioteknologipun juga semakin khawatir karena jika akibatnya tidak bisa
dikendalikan maka akan terjadi bencana besar bagi kehidupan
manusia. Sebagai contoh adalah rekayasa genetika yang dahulunya bertujuan untuk
mengobati penyakit keturunan seperti diabetes, sekarang rekayasa tidak hanya
bertujuan untuk pengobatan tetapi untuk menciptakan manusia-manusia baru yang
sama sekali berbeda baik secara fisik maupun sifat-sifatnya. Dengan rekayasa
tersebut manusia tidak memiliki hak yang bebas lagi. Meskipun teori ini belum
tentu terwujud dalam waktu singkat tetapi telah menimbulkan persoalan dan
kekhawatiran di kalangan ahli etika dan para agamawan, apalagi jika jatuh pada
penguasa yang lalim pasti dampaknya akan sangat membahayakan karena bisa
menghancurkan eksistensi manusia.[10] Maka disinilah diperlukan
kedewasaan dari manusia itu sendiri untuk menentukan mana yang baik dan buruk
bagi kehidupannya.
Tugas terpenting ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan bantuan agar manusia dapat
sungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya. Ilmu pengetahuan
dan teknologi bukan saja sarana untuk mengembangkan diri manusia, tetapi juga
merupakan hasil perkembangan dan kreatifitas manusia untuk memperkokoh
kedudukan serta martabat manusia baik dalam hubungan sebagai pribadi dengan
lingkungannya, maupun sebagai makhluk yang bertanggung jawab terhadap Allah
Swt.
E. Sikap
llmiah dan tanggung jawab Ilmuwan
Ilmu adalah suatu
cara berpikir tertentu mengenai suatu obyek dengan pendekatan yang khas
sehingga menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan ilmiah, dalam arti bahwa
sisten dan struktur ilmu itu dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka.
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang bersifat kritis, rasional dan logis,
obyektif dan terbuka. Namun yang juga penting adalah apakah pengembangan
pengetahuan ilmiah itu membawa dampak positif`dan baik bagi manusia atau
sebaliknya justru membawa keburukan. Oleh karena itu penting sekali sikap
ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan. Dan di sini letak moralitas
dari seorang ilmuwandalam penembangan ilmu, baik itu menyangkut tanggungjawabnya
terhadap tata alamiah, terhadap manusia maupun terhadap Allah Swt. Sikap ilmiah
yang sesuai bagi seorang ilmuwan antara lain: i) tidak adanya rasa pamrih yaitu
suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektih; ii)
Bersikap selektif yang menyangkut cara mengambil kesimpulan yang beragam,
macam-macam metodologi dan lain-lain;
iii) selalu
tidak merasa puas dengan hasil penelitiannya sehingga selalu ada dorongan untuk
melakukan riset dalam hidupnya dan iv) Memiliki sikap etis untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan demi kebahagiaan manusia dan untuk pembangunan bangsa dan
negara.[11]
Ilmu pengetahuan
menghasilkan teknologi yang diterapkan pada masyarakat. Ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia,
tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi perlu diperhatikan dengan sebaik-baiknya.
Proses transformasi
ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan oleh masyarakat tidak terlepas dari ilmuwan.
Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah
kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah
bebas nilai. Fungsi ilmuwan tidak berhenti pada penelaah dan keilmuan secara
individual namun juga ikut bertanggungjawab agar produk keilmuannya sampai dan
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Ilmu merupakan hasil
karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh
masyarakat. Sekiranya hasil karya itu memenuhi syarat-syarat keilmuan
maka dia diterima sebagai bagian dari kumpulan ilmu pengetahuan dan digunakan
oleh masyarakat tersebut. Dengan perkataan lain, penciptaan ilmu bersifat
individual namun komunikasi dan penggunaan ilmu adalah bersifat sosial. Peranan
individu inilah yang bersifat dominan dalam kemajuan ilmu yang dapat mengubah
wajah peradaban. Kreatifitas individu yang didukung oleh sistem komunikasi
sosial yang bersifat terbuka menjadi proses pengembangan ilmu berjalan secara
efektif. Maka jelaslah bahwa seorang ilmuwan memiliki tanggung jawab
sosial yang tinggi. Bukan saja karena dia adalah warga masyarakat yang
kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat, namun yang lebih penting
adalah adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup
bermasyarakat. [12]
Implikasi penting
dari tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah bahwa setiap pencarian dan
penemuan kebenaran secara ilmiah harus disertai dengan landasan etis yang
utuh.. Proses pencarian dan penemuan kebenaran ilmiah yang dilandasi etika,
merupakan kategori moral yang menjadi dasar sikap etis seorang ilmuwan. Ilmuwan
bukan saja berfungsi sebagai penganalisis materi tersebut, tetapi juga harus
memiliki moral yang baik.
Kaum ilmuwan tidak
boleh menganggap ilmu dan teknologi adalah segala-galanya, masih terdapat
banyak lagi sendi-sendi lain yang menyangga peradaban manusia dengan baik.
Demikian juga masih terdapat kebenaran-kebenaran lain disamping kebenaran
keilmuan yang melengkapi harkat kemanusiaan yang hakiki. Jika kaum ilmuwan
konsekuen dengan pandangan hidupnya baik secara moral maupun intelektual maka
salah satu penyangga masyarakat modern ini, yaitu ilmu pengetahuan akan berdiri
secara kokoh.
Di bidang etika
tanggung jawab ilmuwan bukan lagi hanya memberikan informasi namun juga
memberikan contoh bagaimana bersifat obyektif, terbuka, menerima kritikan,
menerima pendapat orang lain, kukuh pada pendirian yang dianggap benar dan
berani mengakui kesalahan. Tugas seorang ilmuwan harus menjelaskan hasil
penelitiannya sejernih mungkin berdasarkan rasionalitas dan metodologis yang
tepat. Secara moral seorang ilmuwan tidak akan membiarkan hasil penelitiannya
digunakan untuk tujuan yang melanggar asas-asas kemanusian. [13]
Pengetahuan merupakan
sarana yang dapat digunakan untuk kemaslahatan manusia dan dapat pula
disalahgunakan. Sehingga tanggung jawab ilmuwan sangatlah besar, tanggung jawab
akademis dan tanggung jawab moral. Jika ilmuwan telah dapat memenuhi tanggung
jawab sosialnya, maka ilmu penetahuan itu akan berkembang dengan pesat, ilmu
pengetahuan itu akan dapat memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia, dan
ilmu pengetahuan itu tidak akan menimbulkan kerusakan dan konflik di
masyarakat.
Jelaskan maksud dan penyelesaian masalah mengenai :
BalasHapusa. Kesenangan dan tanggung jawab moral.
b. Teknik penyelesaian kasus etika.