Kecepatan kepadatan, arus lalulintas
Minggu ke V
Hubungan antara
besarnya arus/ volume lalu lintas dengan kecepatan (dalam hal ini kecepatan sesaat) dengan
kepadatan lalu lintas adalah (yang juga ditunjukkan dalam gambar)sebagai
berikut:
·
Hubungan kecepatan dan kepadatan adalah
linier yang berarti bahwa semakin tinggi kecepatan lalu lintas dibutuhkan ruang bebas yang lebih
besar antar kendaraan yang mengakibatkan jumlah
kendaraan perkilometer menjadi lebih kecil.
·
Hubungan kecepatan dan arus adalah
parabolik yang menunjukkan bahwa semakin besar arus kecepatan akan turun sampai
suatu titik yang menjadi puncak parabola tercapai kapasitas setelah itu
kecepatan akan semakin rendah lagi dan arus juga akan semakin mengecil.
·
Hubungan antara arus dengan kepadatan juga
parabolik semakin tinggi kepadatan arus akan semakin tinggi sampai suatu
titik dimana kapasitas terjadi, setelah itu semakin padat maka
arus akan semakin kecil.
·
Faktor yang memengaruhi kapasitas jalan kota
adalah lebar jalur atau lajur, ada tidaknya pemisah/median jalan, hambatan
bahu/kerb jalan, gradient jalan, didaerah perkotaan atau luar kota,
ukuran kota. Rumus di wilayah perkotaan ditunjukkan berikut ini:
·
C = Co x FCW x FCSP x
FCSF x FCCS
·
Dimana: C = Kapasitas (smp/jam)
·
Co = Kapasitas dasar (smp/jam),
biasanya digunakan angka 2300 smp/jam
·
FCW = Faktor
penyesuaian lebar jalan
·
FCSP = Faktor
penyesuaian pemisahan arah (hanya utk jalan tak terbagi)
·
FCSF = Faktor
penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb
·
FCCS = Faktor penyesuaian
ukuran kota
Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas yang
ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang
melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau dengan
mempertimbangan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan
digunakan satuan mobil penumpang sebagai
satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan
satuan mobil penumpangper jam atau (smp)/jam.
Pada saat arus rendah kecepatan lalu lintas kendaraan bebas tidak ada gangguan dari kendaraan lain,
semakin banyak kendaraan yang melewati ruas jalan, kecepatan akan semakin turun
sampai suatu saat tidak bisa lagi arus/volume lalu lintas bertambah, di sinilah
kapasitas terjadi. Setelah itu arus akan berkurang terus dalam kondisi arus
yang dipaksakan sampai suatu saat kondisi macet total,
arus tidak bergerak dan kepadatan tinggi.
Parameter Arus Lalu Lintas
Parameter
lalu lintas adalah suatu ukuran yang digunakan untuk menjadi tolak ukur dari
kegiatan lalu lintas dalam sistem transportasi.
Parameter
arus lalu lintas dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu:
1. Parameter
makroskopis, yang mencirikan arus lalu lintas sebagai suatu kesatuan ( system
), sehingga diperoleh gambaran operasional system secara keseluruhan.
Contoh : tingkat arus ( flow rates ), kecepatan rata-rata ( averange speeds ), tingkat kepadatan ( desity rates ).
Contoh : tingkat arus ( flow rates ), kecepatan rata-rata ( averange speeds ), tingkat kepadatan ( desity rates ).
2. Parameter
mikroskopis, yang mencirikan perilaku setiap kendaraan dalam arus
lalu lintas yang saling mempengaruhi.
Contoh : waktu antara
( team headway ), kecepatan masing-masing ( individual speed ), jarak antara (
space headway ).
Secara
makroskopis, arus lalu lintas dibagi menjadi empat macam :
1. Arus
2. Volume
3. Kecepatan
4. Kerapatan
Arus
Arus
adalah jumlah kendaraan yang melintas suatu titik pada suatu ruas jalan dalam
waktu tertentu dengan membedakan arah dan lajur. Satuan arus adalah
kendaraan/waktu atau smp/waktu
Arus
lalu lintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara dan kenderaan yang
melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya pada suatu ruas jalan
dan lingkungannya. Karena kemampuan idividu pengemudi mempunyai sifat yang
berbeda maka perilaku kenderaan arus lalu lintas tidak dapat diseragamkan lebih
lanjut, arus lalu lintas akan mengalami perbedaan karakteristik akibat dari
perilaku pengemudi atau kebiasaan pengemudi. Arus lalu
lintas pada suatu ruas jalan karakteristiknya akan bervariasi baik berdasar
lokasi maupun waktunya, oleh karena itu perilaku pengemudi akan berpengaruh
terhadap perilaku arus lalu lintas. dalam menggambarkan arus lalu lintas secara
kuantitatif dalam rangka untuk mengerti tentang keragaman karakteristiknya dan
rentang kondisi perilakunya, maka perlu suatu parameter. Parameter tersebut
harus dapat didefenisikan dan diukur oleh insinyur lalu lintas dalam
menganalisis, mengevaluasi, dan melakukan perbaikan fasilitas lalu lintas
berdasarkan parameter dan pengetahuan pelakunya.
Arus mempunyai satuan
kendaran dibagi waktu atau smp dibagi oleh waktu. Terkadang kita sulit
membedakan antara arus dan volume, berikut adalah perbedaannya:
Arus
(flow) :
· Membedakan
lajur
· Diukur
pada waktu yang pendek
· Membedakan
arah
Volume
:
· Tidak
membedakan lajur
· Diukur
pada waktu yang panjang (lama)
· Tidak
membedakan arah
Elemen
Arus Lalu Lintas
ü Karatkeristik
pemakai jalan
o Penglihatan
o Waktu
persepsi dan reaksi
o Karakteristik
lainnya
ü Kendaraan
o Kendaraan
rencana
o Kinerja
percepatan kendaraan
o Kemampuan
mengerem kendaraan
o Persamaan
jarak mengerem dan reaksi
ü Jalan
o Klasifikasi
jalan menurut fungsi
o Ciri
geometrik jalan
Karakteristik
Arus Lalu Lintas
ü Variasi
arus dalam waktu
o Variasi
arus lalu lintas bulanan
o Variasi
arus lalu lintas harian
o Variasi
arus lalu lintas jam-jaman
o Variasi
arus lalu lintas kurang dari satu jam
o Volume
jam perancangan
o Volume
perancangan menurut arah
ü Variasi
arus dalam ruang
ü Variasi
arus terhadap jenis kendaraan
.Arus
Berdasarkan Jenis Fasilitas Jalan
Arus
berdasarkan jenis fasilitas jalan dibedakan menjadi 2, yaitu:
Arus
tak terganggu ( Uninterupted Flow )
Arus
lalu lintas dihasilkan oleh interaksi antar kendaraan dengan karakteristik
system geometric jalan raya, pola arus lalu lintas hanya dikontrol oleh
karakteristik tata guna lahan yang membangkitkan perjalanan. Tidak ada factor
eksternal yang secara periodic menghentikan sementara arus lalau lintas
tersebut.
v Jalan
bebas hambatan (jalan tol)
v LRT
di link
Arus
terganggu ( Interupted Flow )
Arus
lalu lintas tidak hanya dihasilkan oleh interaksi antar kendaraan tetapi juga
factor eksternal yang secara periodic menghentikan sementara arus lalau lintas.
Contohnya kendaraan diberhentikan secara periodic disimpang yang diatur oleh
lampu lalulitas.
v Persimpangan
bersinyal
v Persimpangan
tak bersinyal
v Bundaran
v LRT
di stasiun
Volume
Volume
adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik atau pada suatu ruas jalan
dalam waktu yang lama (minimal 24 jam) tanpa membedakan
arah dan lajur.segmen jalan selama selang waktu tertentu yang dapat
diekspresikan dalam tahunan, harian (LHR), jam-an atau sub jam.
Volume lalu-lintas yang diekspresikan dibawah satu jam (sub jam) seperti, 15
menitan dikenal dengan istilah rate of flow atau nilai arus.
Untuk mendapatkan nilai arus suatu segmen jalan yang terdiri dari banyak tipe
kendaraan maka semua tipe-tipe kendaraan tersebut harus dikonversi ke dalam
satuan mobil penumpang (smp). Konversi kendaraan ke dalam satuan smp diperlukan
angka faktor ekivalen untuk berbagai jenis kendaraan. Faktor ekivalen mobil
penumpang
|
Tipe jalan tak terbagi
|
Arus lalu lintas
|
Emp
|
|||
|
total dua arah
|
HV
|
MC
|
|||
|
(kendaraan/jam)
|
Lebar jalur lalu-lintas
|
||||
|
< 6m
|
> 6m
|
||||
|
Dua lajur tak-terbagi
|
0
|
1.3
|
0.5
|
0.4
|
|
|
(2/2 UD)
|
≥ 1800
|
1.2
|
0.35
|
0.25
|
|
|
Empat lajur tak-terbagi
|
0
|
1.3
|
0.4
|
||
|
(4/2 UD)
|
≥ 3700
|
1.2
|
0.25
|
||
(emp)
ditabulasi pada Tabel 1.
Namun
demikian pengamatan lalu lintas ini diharapkan selama 24 jam perhari yang
biasanya untuk mengetahui terjadinya volume jam puncak (VJP) sepanjang jam
kerja baik itu pagi, siang maupun sore. Biasanya volume jam puncak diukur untuk
masing – masing arah secara terpisah. VJP digunakan sebagai dasar untuk
perancangan jalan raya dan berbagai macam analisis operasional. Jalan raya
harus dirancang sedemikian rua sehingga mampu melayani pada saat lalu lintas
konsisi VJP. Untuk analisis operasional, apakah itu terkait dengan
pengendalian, keselamatan, kapasitas, maka jalan raya harus mampu mengakomodasi
kondisi ketika VJP. Di dalam perancangan VJP kadang – kadang diestimasi dari
proyeksi LHR sebagaimana ditunjukkan pada rumus :
VJRD
= LHR x K x D
Dengan,
VJRD =
Volume rancangan berdasarkan arah (smp/hari)
LHR =
lalu lintas harian rata – rata (smp/hari)
K =
proporsi lalu lintas harian yang terjadi selama jam puncak
D =
proporsi lalu lintas jam puncak dalam suatu arah tertentu
Menurut
McShane dan Roess (1990), dalam kegunaan untuk perancangan nilai K sering
dinyatakan dalam bentuk proporsi LHR pada jam puncak tertinggi yang ke 30
selama satu tahun. Volume jam puncak tertinggi yang ke 30 sering digunakan
untuk perancangan dan analisis pada jalan raya luar kota, namun demikian untuk
jalan perkotaan digunakan volume jam puncak tertinggi yang ke 50. Faktor D
lebih bervariasi di mana pembangkit lalu lintas utama pada suatu kawasan untuk
kawasan perkotaan misalnya nilai D berkisar antara 0,5 sampai 0,6.
Koefisien
pengali dari 15 menit ke 1 jam : PHF
Koefisien
pengali dari 1 jam ke 1
hari :
faktor k
Perbedaan
arus dan volume dapat digambarkan pada tabel dibawah ini:
|
Lajur
|
Waktu
|
Arah
|
|
|
Arus
|
Membedakan
|
Singkat
|
Membedakan
|
|
Volume
|
Tidak Membedakan
|
Lama
|
Tidak Membedakan
|
Tabel
1.1
v Macam-macam
Volume Lalu Lintas
· .Volume
harian (Daily volumes)
· Volume
perjam (DDHV)
· .
Volume per sub jam
1. Volume
harian
Di
dalam pengukuran volume harian dibedakan menjadi:
Ø Average
Annual Daily Traffic (AADT)
Ø Average
Annual Weekday Traffic (AAWT)
Ø Average
Daily Traffic (ADT)
Ø Average
Weekday Traffic (AWT)
2. Volume
perjam
DDHV
= AADT x K x D
Dimana:
AADT :
Average Annual Daily Traffic
K : proporsi dari lalu lintas harian
yang terjadi selama jam puncak
D : proporsi dari lalu
lintas tiap jurusan pada jam puncak.
3. Volume
per sub jam
Kecepatan
Kecepatan laju
dari suatu pergerakan kendaraan dihitung dalam jarak persatuan waktu.
Dalam suatu
aliran lalu lintas yang bergerak setiap kendaraan mempunyai kecepatan yang
berbeda sehingga aliran lalu lintas tidak mempunyai sifat kecepatan yag tunggal
akan tetapi dalam bentuk distribusi kecepatan kendaraan individual. Dari
distribusi kecepatan kendaraan secara diskrit, suatu nilai rata – rata atau
tipikal digunakan untuk mengidentifikasikan aliran lalu lintas secara
menyeluruh.
Ada
dua jenis analisis kecepatan yang dipakai pada studi kecepatan arus lalu-lintas
yaitu :
a. Time
mean speed (TMS), yaitu rata-rata kecepatan dari seluruh kendaraan
yang melewati suatu titik pada jalan selama periode waktu tertentu.
b. Space
mean speed (SMS), yaitu rata-rata kecepatan kendaraan yang menempati
suatu segmen atau bagian jalan pada interval waktu tertentu.
Terdapat
3 jenis klasifikasi utama kecepatan yang digunakan yaitu :
a. Kecepatan
setempat (Spot Speed), yaitu kecepatan kendaraan pada suatu saat diukur
dari suatu tempat yang ditentukan.
b. Kecepatan
bergerak (Running Speed), yaitu kecepatan kendaraan rata-rata pada suatu
jalur pada saat kendaraan bergerak (tidak termasuk waktu berhenti ) yang didapatkan
dengan membagi panjang jalur yang ditempuh dengan waktu kendaraan bergerak
menempuh jalur tersebut.
c. Kecepatan
perjalanan (Jeourney Speed), yaitu kecepatan efektif kendaraan yang sedang
dalam perjalanan antara dua tempat, yang merupakan jarak antara dua tempat
dibagi dengan lama waktu bagi kendaraan untuk menyelesaikan perjalanan antara
dua tempat tersebut, dengan lama waktu ini mencakup setiap waktu berhenti yang
ditimbulkan oleh hambatan lalu lintas.
Perbedaan
analisis dari kedua jenis kecepatan di atas adalah bahwa TMS adalah pengukuran
titik, sementara SMS pengukuran berkenaan dengan panjang jalan atau lajur.
2.1.4. Kerapatan
Kerapatan
adalah jumlah kendaraan yang menempati suatu panjang jalan atau lajur dalam
kendaraan per km atau kendaraan per km per lajur. Nilai kerapatan dihitung
berdasarkan nilai kecepatan dan arus, karena sulit diukur dilapangan.
Ketiga
unsur karakteristik dasar lalu lintas merupakan unsur pembentuk aliran lalu
lintas yang akan mendapatkan pola hubungan :
1. Kecepatan
dengan Kerapatan
2. Arus
dengan Kecepatan
3. Arus
dengan Kerapatan
Kepadatan
lalu lintas adalah mungkin yang terpenting diantara ketiga parameter aliran
lalu lintas tersebut, karena terkait dengan permintaan lalu lintas yang
dibangkitkan dari berbagai tata guna lahan, bangkitan sejumlah kendaraan yang
terdapat pada suatu segmen tertentu dari jalan raya. Kepadatan juga merupakan
ukuran yang penting untuk mengetahui kualitas arus lalu lintas, dimana hal
tersebut mengukurprkiraan kendaraan, factor – factor yang mempengaruhi
kebebasan maneuver dan kenyamanan psikologis dari pengendara.
Adapun
hubungan antara tiga variable yang sudah dibahas seperti pada gambar dibawah
ini.
Dari kurva terlihat
bahwa hubungan mendasar antara volume dan kecepatannya adalah: dengan
bertambahnya volume lalu lintas maka kecepatan rata-rata ruangannya tercapai.
Setelah tercapai volume maksimum maka kecepatan rata-rata ruang dan volume
akan berkurang. Jadi kurva ini menggambarkan dua kondisi yang berbeda dimana
lengan atas untuk kondisi stabil sedangkan lengan bawah menunjukan kondisi arus
padat.
Hubungan
antara volume dan kerapatan memperlihatkan bahwa kerapatan akan bertambah
apabila volumenya juga bertambah. Volume maksumum terjadi pada saat kerapatan
mencapai titik Dm (kapasitas jalur jalan sudah tercapai). Setelah mencapai
titik ini volume akan menurun walaupun kerapatan bertambah sampai terjadi
kemacetan di titi Dj.
Kapasitas
dan Tingkat Pelayanan
Kapasitas
Jalan
Pengertian
Kapasitas Jalan :
v Menurut Highway
Capacity Manual (HCM) 1965
“Capacity is the
maximum number of vehicles that can pass in a given period time.”
v Menurut
Clark H. Oglesby (1990)
Kapasitas
suatu ruas jalan adalah jumlah
kendaraan maksimum yang memiliki kemungkinan yang cukup untuk
melewati ruas jalan tersebut (dalam satu atau pun kedua arah) dalam periode
waktu tertentu.
1. Menurut
MKJI (1997)
Kapasitas
adalah jumlah maksimum kendaraan atau orang yang dapat melintasi suatu titik
pada lajur jalan pada periode waktu tertentu dalam kondisi jalan
tertentu atau merupakan arus maksimum yang dapat dilewatkan pada suatu ruas
jalan.
Macam-macam
Kapasitas Jalan
a) Kapasitas
Dasar (Basic capacity)
Kapasitas
dasar adalah jumlah kendaraan atau orang maksimum yang dapat melintas suatu
penampang jalan tertentu selama satu jam pada kondisi jalan dan lalulintas yang
ideal.
Digunakan
sebagai dasar perhitungan untuk kapasitas rencana. Kapasitas dasar
merupakan kapasitas terbesar dibangun pada kondisi arus yang ideal.
Arus dikatakan pada
kondisi yang ideal jika kondisi jalan:
1. Uninterupted
flow
2. Kendaraan
yang lewat sejenis (kendaraan penumpang)
3. Lebar
lajur minimum :3,50 m
4. Kebebasan
samping : 1.80 m
5. Mempunyai
desain alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal yang bagus (datar, v=120
km/jam)
6. Untuk
lalu lintas 2 arah 2 lajur dimungkinkan gerakan menyiap dengan jarak pandang
500 m.
b) Kapasitas
Rencana (Design Capacity)
Kapasitas
rencana adalah jumlah kendaraan atau orang maksimum yang dapat melintas suatu
penampang jalan tertentu selama satu jam pada kondisi jalan dan lalu lintas
yang sedang berlaku tanpa mengakibatkan kemacetan, kelambatan dan bahaya yang
masih dalam batas-batas yang diinginkan.
c) Kapasitas
yang Mungkin (Possible Capacity)
Kapasitas
yang mungkin adalah jumlah kendaraan atau orang maksimum yang dapat melintasi
suatu penampang jalan tertentu selama 1 jam pada kondisi jalan dan lalu lintas
yang sedang berlaku (pada saat itu).
Kapasitas
yang mungkin nilainya lebih kecil daripada kapasitas rencana.
Perhitungan
Kapasitas Ruas Jalan
Kapasitas
ruas jalan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
a. Ada
atau tidaknya pembatas jalan (median)
© Jika
terdapat median maka kapasitas dihitung terpisah untuk setiap arah.
© Jika
tanpa pembatas jalan maka kapasitas dihitung untuk kedua arah.
b. Lokasi
ruas jalan
© Urban
(perkotaan) memperhitungkan FCcs yaitu faktor koreksi akibat ukuran
kota (jumlah penduduk).
© Interurban
(rural) tidak memperhitungkan FCcs.
Persamaan
umum untuk menghitung kapasitas jalan menurut Metode IHCM’97 adalah
sebagai berikut :
-. Kapasitas
jalan untuk daerah perkotaan adalah
C =
Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)
Dimana,
C :
kapasitas ruas jalan (smp/jam)
Co :
kapasitas dasar (smp/jam)
FCCw :
faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan
FCsp :
faktor koreksi kapsitas akibat pembagian arah (tidak
berlaku bagi jalan satu arah)
FCsf :
faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping.
FCcs :
faktor koreksi akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
-. Kapasitas
ruas jalan untuk daerah interurban (rural) dirumuskan :
C =
Co x FCw x FCsp x FCsf (smp/jam)
Kapasitas
sistem jaringan jalan perkotaan tidak saja dipengaruhi oleh kapasitas ruas
jalannya teteapi juga oleh kapasitas setiap persimpanganya (baik yang diatur
oleh lampu lalu lintas maupun tidak ). Bagaimanapun baiknya kinerja ruas jalan
dari suatu sistem jaringan jalan, jika kinerja persimpangannya sangat rendah
maka kinerja seluruh sistem jaringan jalan tersebut
akan menjadi rendah pula (Ofzar Z. Tamin, 2000).
Kapasitas
lengan persimpangan lalu lintas dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
1. Nilai
arus jenuh.
2. Waktu
hijau efektif
3. Waktu
siklus.
Faktor
yang Mempengaruhi Kapasitas Ruas Jalan
-.
Kondisi lalu lnitas
-.
Kondisi jalan
-.
Kondisi fasilitas jalan.
Tingkat
Pelayanan
Tingkat
pelayanan atau “Level of Seervice” adalah tingkat pelayanan dari suatu jalan
yang menggambarkan kualitas suatu jalan dan merupakan batas kondisi
pengoperasian.
Tingkat
pelayanan suatu jalan merupakan ukuran kualitatif yang digunakan United States
Highway Capacity Manual (USHCM 1985) yang menggambarkan kondisi operasional
lalu lintas dan penilaian oleh pemakai jalan.
Ø Ukuran
Tingkat Pelayanan
Tingkat
pelayanan suatu jalan menunjukan kualitas jalan diukur dari beberapa faktor,
yaitu:
1. Kecepatan
dan waktu tempuh
2. Kerapatan
(density)
3. Tundaan
(delay)
4. Arus
lalu lintas dan arus jenuh (saturation flow)
5. Derajat
kejenuhan (degree of saturation)
Ø Klasifikasi
Tingkat Pelayanan
1. Tingkat
pelayanan tergantung arus.
© Tingkat
pelayanan A (arus bebas)
© Tingkat
pelayanan B (arus stabil, untuk merancang jalan antar kota)
© Tingkat
pelayanan C (arus stabil, untuk merancang jalan perkotaan)
© Tingkat
pelayanan D (arus mulai tidak stabil)
© Tingkat
pelayanan E (Arus tidak stabil)
© Tingkat
pelayanan F (arus terpaksa)
|
V/C RASIO
|
Tingkat Pelayanan
|
Keterangan
|
|
Jalan
|
||
|
< 0.60
|
A
|
Arus lancar, volume rendah,
kecepatan
|
|
Tinggi
|
||
|
0.60 - 0.70
|
B
|
Arus stabil, kecepatan
terbatas, volume
|
|
sesuai untuk jalan luar kota
|
||
|
0.70 - 0.80
|
C
|
Arus stabil, kecepatan
dipengaruhi oleh
|
|
lalu lintas, volume sesuai
untuk jalan kota
|
||
|
0.80 - 0.90
|
D
|
mendekati arus tidak stabil,
kecepatan
|
|
Rendah
|
||
|
0.90 - 1.00
|
E
|
Arus tidak stabil, kecepatan
rendah,
|
|
volume padat atau mendekati
kapasitas
|
||
|
> 1.00
|
F
|
Arus yang terhambat, kecepatan
rendah,
|
|
volume diatas kapasitas, banyak
berhenti
|
2. Tingkat
pelayanan tergantung fasilitas.
2.2.4. Derajat
Kejenuhan
Derajat
kejenuhan adalah perbandingan antara arus total sesungguhnya (Qtot) dengan
kapasitas sesungguhnya (C). Nilai derajat kejenuhan suatu ruas jalan bervariasi
dari 0-1.
Derajat
kejenuhan merupakan pencerminan kenyamanan pengemudi dalam mengemudikan
kendaraannya. Secara kualitatif dapat dikatakan bahwa kenyamanan pengemudi
meningkat dengan menurunya rasio volume (V) lalu lintas terhadap
kapasitas (C) pada jalur yang dilalui.
Ada
3 kondisi v/c yaitu,
1. V/C
< 1, maka volume lalu lintas masih di bawah kapasitasnya.
2. V/C
= 1, maka vloume lalu lintas sama dengan kapasitasnya.
3. V/C
> 1, maka volume lalu lintas telah melebihi kapasitasnya.
2.3. Metode
Analisis Simpang Bersinyal
Simpang
adalah suatu area kritis pada suatu jalan raya yang merupakan titik konflik dan
tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih (Pignataro, 1973).
Karena merupakan tempat terjadinya konflik dan kemacetan maka hampir semua
simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Untuk menganalisis
simpang bersinyal ada beberapa cara yaitu salah satunya metode akcelik dan
SIDRA
2.3.1. Metode
akcelik
Metode hasil
pengembangan lebih lanjut dari Rahmi Akcelik, sebenarnya didasarkan pada
kerangka dasar desain terdahulu (Miller 1968b; Webster and Cobbe 1966). Akcelik
mengubah teknik tradisional yang didasarkan atas metode phase-related kepada
pendekatan movement-related. Salah satu aspek penting di sini,
adalah penggunaan konsep movement lost time, sebagai
pengganti phase lost time. Juga penerapan waktu hilang
persimpangan (intersection lost time), yang didefinisikan sebagai jumlah
waktu hilang pergerakan kritis, mengganti konsep jumlah waktu hilang seluruh
fase. Pendekatan baru ini membuat pengertian lebih jelas atas hubungan
pergerakan dan karakteristik fase sinyal serta memungkinkan penanganan terhadap
sistem sinyal yang kompleks dengan multi-fase.
Menurut
Akcelik, setiap antrian yang terpisah (separate queue) yang sedang
menuju persimpangan, lalu diklasifikasi berdasarkan arah, penggunaan lajur dan
penyediaan hak berjalan melintasi persimpangan, dikategorikan sebagai suatu
pergerakan (movement). Dan pengalokasian hak berjalan bagi pergerakan
individual ditentukan berdasarkan pengaturan fase sinyal. Pergerakan dari
masing-masing pendekat didasarkan atas hak berjalan tersendiri (pengaturan
fase) dan alokasi lajur dengan karakteristik penggunaannya. Ini berarti bahwa
setiap pergerakan memiliki karakteristik pengaturan sinyal tersendiri, berikut
lajur menunggu maupun keluar untuk meninggalkan persimpangan.
2.3.2. Metode
Sidra
Sidra
Intersection (sebelumnya disebut Sidra dan aaSIDRA) adalah paket perangkat
lunak yang digunakan untuk persimpangan (junction) kapasitas, tingkat layanan
dan analisis kinerja oleh lalu lintas desain, operasi dan profesional
perencanaan. Pertama kali dirilis pada tahun 1984, telah dalam pembangunan
berkelanjutan dalam menanggapi umpan balik pengguna. Sebuah versi dengan kemampuan
jaringan pemodelan saat ini sedang dalam pembangunan.
Sidra
Persimpangan merupakan alat evaluasi lalu lintas mikro-analitis yang
menggunakan jalur-by-jalur dan model kendaraan berkendara siklus. Hal ini dapat
digunakan untuk membandingkan pengobatan alternatif yang melibatkan
persimpangan bersinyal, bundaran (tanpa lampu), bundaran dengan sinyal
metering, dua arah berhenti dan memberikan arah (yield) Kontrol tanda, semua
arah (4-way dan 3-way) menghentikan kontrol tanda, penggabungan, single-titik susun
perkotaan, segmen jalan bebas hambatan dasar dan bersinyal dan penyeberangan
tengah-tengah blok tanpa lampu lalu lintas untuk pejalan kaki
Di
Australia dan Selandia Baru, Sidra temu didukung oleh Austroads. Di Amerika
Serikat, Sidra temu diakui oleh US Manual Kapasitas Jalan TRB / FHWA 2010
Panduan Roundabout (NCHRP Laporkan 672) dan berbagai panduan bundaran lokal
Komentar
Posting Komentar